Dari pemikiran tersebut akhirnya menjadikan tata krama atau unggah-ungguh semakin ditinggalkan didalam tata perilaku bermasyarakat. Apabila keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, tanpa adanya kesadaran untuk memulai menerapkan kembali tata krama atau unggah-ungguh dalam kehidupan bermasyarakat, maka tidak tertutup kemungkinan unggah-ungguh atau tata krama yang menjadi budaya bangsa ini akan hilang lenyap, tergantikan budaya baru yang tidak mengakar pada budaya bangsa yang adiluhung.
Tata krama jawa, unggah-ungguh jawa atau sopan santun dijadikan pedoman oleh masyarakat Jawa dalam berperilaku ataupun berinteraksi. Tata krama mengandung nilai-nilai adat yang berlaku pada daerah tertentu sehingga antar suku bangsa tidak akan sama atau berlaku. Tata krama diperoleh oleh individu melalui proses interaksi dalam keluarga atau masyarakat. Tata krama yang masih dijalankan oleh orang Jawa antara lain tata krama dalam penggunaan bahasa, berpamitan, duduk, makan dan minum, berpakaian, dan bertamu.
Tata
krama dalam lingkungan keluarga misalnya penggunaan bahasa dalam percakapan
sehari-hari. Orang Jawa menggunakan bahasa Jawa untuk lebih mempererat hubungan
antar anggota keluaga. Pada saat ini penggunaan bahasa Jawa Krama Inggil yang
merupakan bahasa yang digunakan untuk menghormati orang yang lebih tua sudah
jarang digunakan. Banyak anak yang menggunakan bahasa Ngoko kepada orang tua
atau kakaknya. Anak-anak jaman sekarang bahkan banyak yang tidak mengenalinya
lagi karena sejak kecil tidak diajarkan oleh orang tuanya. Banyak orang tua
yang lebih memilih mengajarkan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa.
Sejauh
pengamatan saya, anak masih mematuhi nasihat orang tua. Mematuhi nasihat orang
tua merupakan suatu bentuk penghormatan. Namun jika diperintah untuk suatu hal
terkadang enggan untuk menjalankannya dan apabila dijalankanpun dengan penuh
keterpaksaan.
Seorang
anak jika hendak bepergian atau meninggalkan rumah, pada umumnya telah
dibiasakan untuk berpamitan. Berpamitan merupakan salah satu bentuk sopan
santun. Tujuan dari berpamitan adalah meminta restu agar tidak terjadi suatu
hal yang tidak diinginkan dan supaya orang tua tidak mengkhawatirkan kepergian
anaknya. Pada saat berpamitan biasanya disertai dengan mencium tangan dan kedua
pipi orang tua.
Tata
cara duduk yang benar adalah posisi duduk yang sopan. Apabila menggunakan kursi
maka kedua kaki harus berada di bawah dan dengan posisi yang rapat. Pada saat
ini posisi duduk di dalam suatu keluarga baik di atas kursi maupun di lantai
dilakukan dengan posisi yang santai dan senyaman mungkin. Posisi duduk tidak
lagi seformal jaman dahulu. Misalnya pada saat nonton TV bersama atau pada saat
sedang santai.
Tata
krama dalam makan dan minum yang masih dijalankan hingga saat ini adalah tidak
berbunyi (berkecap) pada waktu makan. Berkecap pada waktu makan dianggap kurang
sopan dan mengganggu. Disamping itu banyak tata krama dalam makan dan minum
yang mulai mengalami perubahan. Ketika sedang makan dan minum bersama-sama
dengan teman kebanyakan dilakukan sambil mengobrol. Padahal makan sambil
mengobrol dapat mengakibatkan tersedak dan mengganggu pernapasan. Pesta berdiri
juga menjamur dimana-mana. Hal tersebut memaksa orang yang hadir makan dan
minum dalam posisi berdiri. Bukan hanya di pesta saja melainkan sekarang sudah
menjadi kebiasaan untuk makan dan minum dalam posisi berdiri dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada
jaman dahulu, orang Jawa dalam berpakaian menggunakan pakaian khas Jawa dan
jarik. Seiring dengan perkembangan jaman, pakaian diproduksi dengan berbagai
model, pakaian khas dan jarik tersebut sudah mulai ditinggalkan. Perempuan saat
ini banyak yang menggunakan celana, padahal dahulu celana hanya untuk
laki-laki. Dalam berpakaianpun orang mulai meninggalkan kesopanan. Orang yang
berpakaian dengan baju ketat mini, dapat dijumpai dimana-mana.
Bertamu
merupakan aktivitas berkunjung ke rumah orang lain baik yang sudah dikenal atau
belum. Ada tata krama bertamu yang berlaku dalam masyarakat. Orang yang bertamu
harus memperhatikan waktu yang tepat. Jangan bertamu pada saat jam istirahat
karena akan mengganggu waktu yang punya rumah. Jika sudah sampai di tempat yang
dituju sebaiknya mengetuk pintu dan memberi salam, setelah itu mengutarakan
maksud dan tujuan berkunjung. Sebagai orang yang bertamu juga harus menghormati
pemilik rumah, apabila dihidangkan sajian sebaiknya dimakan supaya tidak
menyakiti hati pemilik rumah. Saat ini tata cara dalam bertamu tersebut masih
dijalankan.
Pada
saat ini tata krama sudah mengalami beberapa perubahan karena masuknya
informasi dari berbagai media. Masuknya berbagai media baik cetak maupun
elektronik sangat berpengaruh terhadap penggunaan tata krama terutama generasi
muda. Berbagai informasi yang masuk akan berpengaruh terhadap tatanan nilai
yang berlaku di masyarakat. Masyarakat Jawa cenderung meniru budaya yang masuk
melalui media tersebut dalam bertindak dan berperilaku. Namun bagi yang bisa
membedakan hal-hal yang baik dan buruk tentu tidak akan terpengaruh oleh
masuknya budaya asing tersebut.