Ki Basuki Hendro Prayitno dan Bambang Cahyono, S.Sn, M.Pd. memprakarsai
sebuah forum diskusi tentang sejarah Kebumen, Jumat (30/9) bertempat di
kediaman Ki Basuki Hendro Prayitno Ambal. Hal tersebut dilakukan karena terdorong
oleh rasa keprihatinan yang mendalam ketika melihat kenyataan bahwa hingga saat ini masih sedikit forum-forum kajian yang mengangkat materi sejarah Kebumen,
yang dapat dijadikan referensi bagi masyarakat, khususnya untuk generasi muda.
Disamping juga adanya beberapa versi tentang sejarah Kebumen.
Pemerintah Daerah Kebumen sendiri mengakui ada tiga versi, seperti yang
diutarakan melalui berbagai media publikasinya. Dengan demikian, tidak ada
kepastian tentang sejarah Kebumen yang lengkap dan dipaparkan secara seragam kepada anak turun, terutama warga Kebumen. Adanya
perbedaan versi
sejarah yang berkembang di tengah masyarakat
tersebut, dikhawatirkan
dapat menimbulkan “jurang pemisah”, sehingga dapat memicu
perpecahan kekuatan dan kebersamaan dalam memajukan Kota Kebumen.
Diskusi tersebut selain dihadiri Pekik Sat Siswonirmolo dari DKD
Kebumen, juga dihadiri perwakilan dari beberapa elemen masyarakat,Kebumen.
“Adanya perbedaan diantara kita adalah hal biasa, namun mencari
titik temu diantara perbedaan kita adalah hal yang luar biasa” Kata Bambang
Cahyono, S.Sn, M.Pd, yang juga guru SMP Negeri 2 Ambal, pada saat mengawali
acara diskusi. Untuk itu ia mengajak semua pihak seperti Pemerintah
Daerah, DPRD, budayawan, kaum intektual, keluarga besar Trah Arung Binang, keluarga besar Trah P. Bumidirjo, dan
lain-lain untuk dapat duduk bersama menelusuri sejarah Kebumen.
Ki Basuki Hendro Prayitno dalang senior dari Ambal menambahkan, dari
diskusi tersebut, apabila memungkinkan nantinya dapat
dibuat sebuah buku tentang sejarah Kebumen dengan satu versi, yang
dapat diwariskan secara seragam kepada generasi penerus, terutama warga
Kebumen.Terwujudnya
sebuah buku tersebut nantinya diharapkan, sebagai wujud
sumbangan pemikiran, sebagai bahan diskusi bersama dalam rangka mencari
kebenaran sejarah Kebumen. Oleh karena itu, buku tersebut
tidak bermaksud membenarkan ataupun menyalahkan tulisan-tulisan yang telah ada
tentang sejarah Kebumen, namun buku ini mencoba mengetengahkan perbedaan,
persamaan dan mengkritisi tulisan-tulisan sejarah Kebumen yang sudah ada.
Dari DKD
Kebumen sangat mendukung seandainya dari hasil diskusi tersebut kemudian
dicatat sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah buku sejarah tentang
Kebumen, yang dapat menjadi sumber kajian bagi berbagai pihak, khususnya
generasi muda, yang ingin mengetahui
sejarah Kebumen, sehingga bagi warga masyarakat Kabupaten Kebumen akan memberikan rasa
bangga dan memiliki, yang selanjutnya dapat menumbuh kembangkan potensi-potensi
yang ada sehingga dapat memajukan pembangunan di segala bidang.
Menurut Putut Ahmad Su”adi S.Hum, peminat sejarah, yang juga guru
di SMK Ma’rif 3 Kebumen dan SMA Islam Al Khafi Somalangu, bahwa dari versi
sejarah yang ada perlu ada pencermatan kronologi, karena ternyata ada data
tanggal yang sama dari peristiwa yang berbeda. Disamping itu Putut berharap,
untuk pembahasan sejarah Kebumen harus bisa lepas dari sisi politik dan
idiologi, sehingga akan lebih ilmiah. Karena sebenarnya berdasarkan fakta
sejarah, tidak ada yang perlu diperdebatkan.
Hampir senada yang disampaikan oleh Kepala desa Wiromartan Mirit,
Widodo Sunu Nugroho, bahwa apabila diamati sejarah Kebumen selalu diwarnai
dengan adanya pengkhianatan, meskipun demikian semua itu adalah fakta sejarah
yang harus tetap diakui secara obyektif dalam sejarah.
Diakhir diskusi yang berlangsung cukup hangat tersebut disepakati
kedepan akan diselenggarakan forum diskusi lanjutan, dengan jumlah peserta yang
lebih besar, yang diharapkan dapat semakin menambah wawasan sejarah Kebumen,
dengan melibatkan beberapa tokoh masyarakat yang peduli tentang sejarah
Kebumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar